Kamis, 27 Januari 2011

I WILL ALWAYS BESIDE YOU, YOU ALWAYS BESIDE ME (short story)

Hanya bisa menangis, hanya bisa berkhayal, hanya bisa menyesal, hanya bisa berharap.. Itulah kata yang selalu terngiang di telinga Agni.
Agni sekarang terduduk di atas sebuah kursi yang berada di taman, Dia sedang menyebar luas kan pandanganya ke seluruh taman. Sambil tesenyum, Agni memperhatikan seorang anak kecil yang bermain dengan kakaknya.
'Senangnya' ucap Agni dalam hati.
“Ngapain lo di sini Ag.??” Tanya seseorang yang langsung duduk di samping Agni.
“Pengen ngehibur diri aja. Bosen di rumah” Jawab Agni tanpa mengalihkan pandangannya dari anak kecil tadi. Karena dia mengenal dengan jelas siapa orang yang duduk di sampingnya.
“Terus ninggalin aku sendirian di rumah kamu, gitu.??” Tanya orang itu lagi dengan manjanya.
“Emang lo datang ke rumah gue.??” Agni mengalihkan pandangannya ke orang itu.
“Iya, gue tadi nelpon lo. Tapi gak aktif. Gue sms gak kekirim juga. Yah gue khawatir, makanya gue ke rumah lo.” Jelas cowok itu merangkul Agni.
“Heheh, maaf yah Cak.” Ujar Agni kepada cowok itu yang tak lain adalah Cakka, sahabatnya dari kecil. Walau notabenya Cakka adalah sahabat Agni, tapi jujur Cakka sangat menyukai Agni. Cinta malah.! Mungkin karena sering bersama kali yah. Gimana tidak Cakka selalu nginap di rumah Agni. Tapi itu dulu sampai kelas 1 SMP, dan sekarang Agni dan Cakka sudah kelas 3 SMA.
Kalau boleh gak munafik, jujur Agni juga sangat menyukai Cakka. Dan kalau boleh jujur, Cakka pengen ngedapetin Agni seutuhnya. Tapi.. Nasib berkata lain, tuhan tidak mengijinkan mereka untuk bersatu..
“Pulang yuk Ag..” Ajak Cakka.
“Ntar aja yah, temanin gue di sini.” Ucap Agni sendu. Dia menidurkan kepalanya di pundak Cakka, menutup matanya sambil menikmati angin sejuk yang berhembus di sela-sela pepohonan.
“Kamu kenapa Ag.??” Tanya Cakka lembut mengusap-usap rambut Agni. Namun Agni tidak menjawabnya. Dia hanya tetap menikmati kesejukan alam saat itu.
*****
Malam ini, Agni sendirian di rumah di temani pembantunya. Karena kedua orang tua Agni sedang pergi ke luar negri selama sebulan. Sepi.??iya. Kangen.?banget, itulah perasaan yang di rasakannya Agni sekarang. Tapi mau di apain lagi.?toh orang tuanya bukan pergi untuk liburan, tapi bekerja. Dan semua itu buat dirinya.

“Agni jalan yuk” Cakka merebahkan badannya di atas sofa samping Agni.
“Yee, tiba-tiba datang. Nyelonong masuk gitu aja. Duduk tanpa di suruh. Eh ngajakin gue jalan lagi. Mana udah malam” celoteh Agni, tanpa memandang cowok di sampingnya itu. Malah sibuk mengganti channel tv.
“Heheh” cakka nyengir “Sorry-sorry.. Udah nganggap rumah sendiri soalnya.” Lanjutnya.
“Kebiasaan.” Balas Agni singkat.
“Emang kan. Tapi itu semua atas perintah lo juga. Bilang gue takut sendirian, gue takut petir lah, gue takut...” Seru Cakka menirukan gaya Agni. Walau dia keras kepala dan mandiri. Tapi jujur saja, Agni itu orangnya penakut banget dan manja. Agni selalu bersikap manja ke Cakka, dan hanya Cakka dan keluarganya Agni saja yang tau sikap Agni itu.
“Diem lo.!” Agni menutup mulut Cakka, sambil tetap fokus dengan pekerjaan yang ia lakukan tadi, yaitu mengganti channel tv.
“Iya-iya gue minta maaf. Jalan yuk ah..”
“......” Agni tak menjawab.
“Agni jalan yukkkkk.” Ucap Cakka manja.
“......” Tetap saja Agni tidak memperdulikannya.
“Jalan yuk akhh.!!”
Cakka mengambil remote yang berada di tangan Agni, lebih tepatnya merampas dengan paksa. Capek dia ngomong tanpa di perhatikan, kayak orang bego ngomong sendirian.
“Ih apaan sih lo Cak.!! Balikin gak.?!”Agni berusaha mengambil remote dari tangan Cakka.
“Oh tidak bisa..haha” Seru Cakka cekikikan sambil menjaga remote yang dia pegang agar tidak di ambil oleh Agni.
“Balikin gak Cak.!!” teriak Agni geram sambil tetap berusah mengambil remote itu. Jadilah mereka bertengkar ngerebutin remote. Sampai-sampai Agni naik di atas sofa, sangking hebohnya. Bisa bayangin gak tuh apa yang mereka lakukan.??.
“Balikiinnn Cakkkaaa.!!”
“Gak mau”
“Balikin.!!” Agni berusaha merampas remote yang ada di tangan Cakka.
“Gak mau.. Weekkk” Cakka malah kabur. Namun Agni tetap mengejarnya. Kejar-kejaran pun terjadi.
“Ye.!! Gue dapet.!!!” Teriak Agni saat mendapatkan remote itu dari tangan Cakka.
“Balikin Ag..” Sekarang gantian. Si Cakka yang berusaha mengambil remote itu.
“WAA.!!” Cakka tersandung bantal yang berada di lantai (?) Dan #BRUK.!!
****
“Lo gak pa-pa Ag??”

Agni perlahan membuka matanya dan mendapati wajah Cakka tepat didepan wajahnya. Agni kaget.!?! Ya, Cakka tadi terjatuh dan nimpahin Agni yang berada di hadapannya.
“Lo gak pa-pa kan Ag.??” Tanya Cakka khawatir.
“.....” Agni hanya diam. Sekarang posisi mereka adalah cakka di atas agni dan agni di bawahnya, wajah mereka sangat dekat. Hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah keduanya.
Agni menatap wajah Cakka sendu, dia benar-benar gak mau kehilangan cowok yang ada di hadapannya sekarang ini. Cowok yang menjadi cinta pertamanya dan mungkin juga akan menjadi cinta terakhirnya.
Cakka yang melihat Agni menatapnya seperti itu, hanya bisa membalas tatapannya. Seolah tatapan yang di pancarkan Agni memiliki sebuah arti. Arti yang sangat dalam, yang tak bisa di artikan.
'Andai waktu berhenti sekarang' Ucap kompak mereka berdua dalam hati masing-masing.

Masih dalam keadaan tadi.
-Cakka-
Jujur, Ingin sekali Cakka mengungkapkan perasaannya saat ini, perasaan yang sudah dia pendam selama 5 tahun. Lama banget yah.??banget malah.!!bayangin aja, gimana pengorbanan Cakka selama 5 tahun itu.? Tapi tak sedikitpun sebuah kata sayang bisa terlontar keluar dari mulutnya..
-Agni-
Sama seperti Cakka, Agni juga ingin sekali mengungkapkan perasaannya. Perasaan yang dia pendam selama ini. Namun, Agni harus berpikir seribu kali lagi untuk melakukan hal itu.
Mereka masih terdiam, ke duanya saling menatap. Ntah apa yang mereka berdua pikirkan dalam kepalanya masing-masing. Hanya mereka dan Tuhan lah yang tau.

“Ag..” Cakka mulai angkat bicara.
“Hm”
“Lo cantik deh..” Seru Cakka tersenyum manis.
“Gombal lo.!!”
“Beneran Agni..”
“Bohong..”
“Yee, apa untungnya gue bohong coba.??”
“Yah bisa aja lo muji gue karena ada maunya. Ya kan.?? Ngaku lo.”
“Tau aja deh lo Ag..”
“Yaiyalah, gue kan sahabat lo dari kecil Cakka. Trus mau lo apa.??”
“Mmmm, tapi lo jangan marah yah.??”
“Iya..iya..”
“Gue mau nyium lo. Boleh.??”
“Ihhh apaan sih lo.?!!Norak tau gak.!!” Agni menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Malu soalnya..
“Haha, bercanda..bercanda..”
“Benci gue sama lo”
“Benci atau benci nih.?? Tapi lo mau juga kan.?? Hayoo ngaku..” Entah dari mana Cakka dapat keberanian untuk ngomong seperti itu.
“Itu sih mau lo Cak..” Balas Agni nyolot.
“Agni..” Cakka menatap kedua mata Agni lekat.
“Apa.?!”
“Lo cantik banget sih..”
“Mulai lagi deh. Malas gue kalau di gituin..” Agni memalingkan wajahnya dari Cakka, ngambek ceritanya.
“Agni...” Panggil Cakka lagi.
“Apa sih Ca..” Agni kaget.!! Wajah Cakka semakin mendekat!.
“Ca..Cakkaa.??” Tanya Agni grogi.
“....” namun Cakka tidak menjawab, malah semakin mendekatkan wajahnya lebih dekat ke Agni..
“Cakka mau apa lo.??” Agni semakin takut. Takut.??kenapa.?? Agni takut Cakka nanti tidak akan bisa melupakannya.
“Diem aja yah Agni, sayang. Ini permintaan gue.” Perasaan Cakka sekarang meluap-luap seakan ingin keluar dari tempat peristirahatannya. Perasaan yang sudah tertumpuk sangat banyak.
“Ta..”
“K CAKKAAA..?? K CAKKKAA” Teriak seseorang dari luar.
'Akkhh siapa sih itu.?? ganggu banget.!!' Cakka tidak menggubrisnya, kapan lagi dia bisa sampai saat seperti sekarang. Ini kesempatan langka pikirnya.
“K CAKKKAAA.!!” Teriak orang itu lagi.
“HAH.!! Siapa sih.?!” Cakka bangkit (?) Dari posisinya.
“Berdiri gih Ag.” Suruh Cakka, menarik tangan Agni untuk berdiri.
“K CAKKKAA.!!?” Teriak orang itu untuk kesekian kalinya.
“Iya..iya.!! Sabar napa.!!” Balas Cakka berlalu meninggalkan Agni.
“HUAAAAH.!!” Teriak Agni gaje, setelah Cakka pergi keluar meninggalkan dirinya.
“AGNI..BODOH.!!BODOH.!!!bo..odooo..hhh..”
#plek agni terduduk di atas lantai dengan air mata yang tak bisa tertahankan lagi.
“Cakka, gue suka sama lo..gu..uee sukaaa...sangat suka..” Agni terisak.
“Maaff..” Entah mengapa agni merasa sangat, sangat bersalah. Apa karena Cakka.??atau karena hal lain.?? Agni pun tak tahu kenapa. Mulutnya mengeluarkan kata 'maaf' tanpa sebab, dan tanpa alasan.
“Cakk..” #Bruk.
Di sisi lain -Cakka-
“Eh ngapain lo.??”
“Lo di cariin mama ka'”
“Ngapain gue di cariin.?? Penting gak Ray.??” Tanya Cakka kepada orang itu yang ternyata adalah Ray, adiknya sendiri.
“Gak tau deh ka. Oia ka Agni mana ka.??” Ray celingukan mencari sosok Agni yang tak kelihatan sedikitpun sedari tadi.
“Dia di dalam”
“Oh, ortu ka Agni.??”
“Di luar negri.”
“Jadi lo cuma berdua doang sama ka Agni di dalam ka.??”
“Nggak lah, ada pembantunya kok. Napa emang.??cemburu lo Ray.??”
“Ye..nggak kok ka. Cuma nanya doang, takutnya kak Agni di apa-apain sama lo kak.”
“Haha, nggak sih. Lo tunggu di sini dulu. Gue mau pamit sama Agni dulu..” Seru Cakka dan bergegas masuk ke dalam.
****
“Agni gue pulang du..“
”YA ALLAH.!! AGNI.!! LO KENAPA.????” Teriak Cakka panik melihat Agni yang tergeletak di atas lantai. Wajahnya sangat pucat.
“AGNI..AGNI BANGUN..” Cakka menepuk pipi Agni pelan agar terbangun. Tapi hasilnya nihil, tak ada reaksi dari Agni. Dengan sigap Cakka membopong Agni untuk membawanya ke rumah sakit.
“Ray.!!buka pintu mobil gue cepat.!!” Cakka melemparkan kunci mobilnya.
“Ya allah ka Agni kenapa ka.??!” Tanya Ray ikutan panik.
“Ntar aja gue ngomongnya, cepat buka pintu mobilnya.!!”
“Iya k..iya.!!” Ray dengan cepat membuka pintu mobil Cakka dan membantu Cakka memasukkan Agni ke dalam mobil.
“Lo mau ikut gak Ray.??”
“Iya gue ikut.!!”
“Yaudah, lo yang nyetir mobil. Gue yang jagain Agni.” Tanpa banyak bacot, Ray segera menyalakan mesin mobil Cakka dan pergi.
****
“Halo, iya tante. Agni masuk rumah sakit.!! Dia tadi pingsan gak tau kenapa.” Seru Cakka mengobrol dengan orang tua Agni yang berada di ujung sambungan itu.
“Oke tan.” #klek
“Ka Cakka, Ka Agni sebenernya kenapa.??” Tanya Ray.
“Gue juga gak tau Ray. Tadi pas gue masuk, Agni udah pingsan gitu.”
“Pasti ada sesuatu ka”
“GUE JUGA GAK TAHU RAY.!!!” Cakka sangat pusing sekarang.
#pluk dia terduduk di atas lantai. Kakinya tak bisa lagi menopang badannya untuk berdiri.
“Akh lo kenpa Ag.!?” Teriak cakka dalam isakannya. Cakka sangat takut Agni kenapa-kenapa.
Ada apa sebenarnya.??kata itu menjadi pertanyaan yang tak tahu harus diapakan oleh Cakka.
Beberapa menitpun berlalu. Cakka masih setia menunggu Agni. Sedangkan Ray.??dia udah tepar di salah satu kursi rumah sakit itu.
Waktu sudah menunjukkan jam 12 tepat, tapi entah mengapa dokter yang memeriksa Agni, belum keluar juga. Dan itu membuat Cakka bingung harus berbuat apa. Ingin teriak, tapi ini di rumah sakit. Ingin menangis, tapi untuk apa.??toh menangis bukan salah satu pilihan yang tepat untuk membuat Agni sembuh.
Akhirnya selang waktu beberapa menit kemudian, dokter yang memeriksa Agni keluar.
“Dok Agni kenapa.!??” Tanya Cakka benar-benar khawatir.
“Anda siapanya Agni.??”
“Ke..keluarganya dok” Cakka siapanya Agni.??teman.??sahabat.??tapi Cakka ingin lebih.!lebih dari kata sebuah 'teman' dan 'sahabat'!!. Egois emang, tapi itu udah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi.
“Begini, apakah saudari Agni sudah tahu kalau dia terkena sebuah penyakit.??” Tanya dokter itu dengan raut wajah yang benar-benar serius.
“Sa..saya juga gak tahu dok” jawab Cakka mulai merasakan perasaan yang gak enak pikirnya.
“Gak mungkin dia gak tahu, soalnya ini udah stadium akhir.”
#JDER jantung Cakka tiba-tiba berhenti sejenak.
“S..sta..stadium akhir dok.??maksud dokter apa.?!agni sakit apa emang.?!” Cakka sebenarnya tak mau bertanya. Hati dan raganya belum kuat menerima jawaban yang akan terlontarkan dari mulut dokter yang berdiri di depannya sekarang.
“Saudari agni terkena penyakit tumor ganas stadium akhir. Dan tumor itu sudah menyerang otaknya. Jadi tak mungkin Agni tak merasakannya.” Jelas dokter itu yang membuat jantung Cakka berhenti lagi dan mungkin lebih lama.
“Dok..dokter..dokter gak bercanda kan.??”
“Nggak nak. Apa orang tua Agni ada.??saya ingin membicarakan sesuatu dengan mereka.”
“Nggak ada dok, mereka ada di luar negri dan dalam perjalanan kemari.”
“Oke kalau begitu, segera datang menemui saya kalau mereka sudah datang.” Ujar dokter itu dan pergi meninggalkan Cakka.
“AKHHHHH.!!!” Teriak Cakka histeris. Dia tidak peduli walau ada yang merasa terganggu dengan teriakannya. Sekarang bukan masalah itu pikirnya. Kenapa Agni gak pernah bilang.!?!? Kenapa.!? Cakka tak pernah tahu, Cakka pun tak menyadarinya. Walau selalu bersama tapi Cakka tetap tak tahu, bahkan Agni pun tak pernah memperlihatkan kalau dirinya sakit.
Beberapa haripun berlalu sejak kejadian itu. Akhirnya Agni tersadar dari komanya. Dia ingin sekali menjenguk Agni. Tapi tak tahu harus memasang wajah seperti apa ke Agni nanti.?? dia harus senang atau sedih.??..wajahnya pucat, mungkin karena jarang makan. Walaupun makan tapi hanya sedikit.
“Kak Cakka gak jenguk kak Agni.??” Tanya Ray yang sedang sibuk memainkan PSnya.
“Nggak tahu Ray.”
“kok gak tahu sih kak.??kasihan kak Agninya”
“Tapi Ray. Gue gak sanggup..”
“Emangnya kak Agni juga sanggup bertemu dengan kakak.??” Ray menghentikan permainannya dan duduk di samping kakaknya itu.
“Gue kecewa dengan Agni..”
“Emangnya kakak tahu kenapa kak Agni gak pernah bilang sama kakak.??”
Cakka hanya menggeleng menandakan tidak.
“Kak Agni tidak mau kak Cakka khawatir.”
“Maksud lo Ray.??”
“Sebenernya Ray udah tahu kalau kak Agni mengidap suatu penyakit, tapi kak Agni gak mau kasih tahu Ray.“
“maksud lo Ray.??” Cakka benar-benar bingung dengan maksud Ray.
“gini kak, kakak ingat gak waktu kita jalan-jalan ke mall bertiga.??” Tanya Ray yang mendapat anggukan cepat dari Cakka.
“waktu itu kakak ke gramedia mau nyari buku, trus kakak ninggalin Ray berdua sama kak Agni. Ingat gak.??” Cakka mengangguk lagi. “Tiba-tiba ka Agni seperti mau muntah, Ray tanya kak Agni kenapa.? ka Agni malah senyum dan bilang gak pa-pa kok jangan bilang-bilang sama kak Cakka yah. Tapi Ray malah ngotot pengen bilang sama kak Cakka, saat itu Ray pengen nyusul kak Cakka eh tapi di cegat oleh ka Agni. Kak ngomong lagi, plis Ray jangan bilang sama ka Cakka. Ka Agni gak mau kak Cakka jadi khawatir. Please Ray. Terpaksa Ray nurutin kak Agni.” Jelas Ray.
“jadi kakak tetap gak ma.. yaelah si kakak. ckckck” Ray menggeleng-gelengkan kepalanya, karena kakaknya udah hilang. Pergi entah kemana, tanpa suara. Kayak setan aja pikir Ray.
****
-Cakka P.O.V
“tenangkan diri lo Cakkaaa..” aku menguatkan diriku yang sedari tadi bimbang dan perlahan kubuka pintu salah satu kamar di rumah sakit itu. Yups, aku sekarang berada di rumah sakit dimana Agni di rawat.
Dengan perasaan senang bercampur sedih, ku buka perlahan pintu itu..#krek..
“Cakka.!” seru girang seseorang yang sedang terbaring lemas di atas tempat tidur di kamar itu saat melihatku. Ditemani dua orang keluarganya. yah itu mama dan papanya, mereka tersenyum kepadaku dan seraya menghampiriku.
“Makasih yah nak Cakka, tante dan om tinggalkan kalian berdua dulu.” Ucap mamanya menepuk pundakku, mereka pun pergi meninggalkanku berdua dengannya.
“Cakka, apa kabar.??” Sapanya kepadaku. Aku hanya tersenyum dan berjalan mendekatinya. Sungguh miris hatiku melihat orang yang sangat aku sayang dengan keadaan seperti itu. Selang infus yang terpasang di salah satu tangannya. Baju rumah sakit yang sekarang ia kenakan dan wajahnya yang pucat terlihat jelas, walau ia berusaha tersenyum. Namun senyuman itu terlihat dipaksakan.
Entah aku harus marah atau apa sekarang.
“Agni..” tanyaku yang sekarang sudah berada di sampingnya. Kugenggam tangannya erat. Yah, dia adalah Agni.
“iya.?”
“kenapa ka..”
“ssttt..” serunya menghentikan omonganku dengan jari telunjuknya di tempatkan di bibirku. “aku gak pa-pa kok. lihat sekarang, aku baik-baik saja kan.??” Lanjutnya dengan sebuah senyuman yang sangat-sangat terlihat di paksakan.
“tapi Ag, ka..”
“udah lah Cakka, gak usah khawatir.” Ucapnya lembut, menghentikan omonganku lagi.
“yaudah. Dokter bilang apa.??” Tanyaku mencari topik lain.
“dokter bilang hidup aku gak lama lagi.” Jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Entahlah sekarang aku benar-benar tak bisa mengartikan senyumannya lagi.
“Agni aku…” Ingin rasanya aku menangis. Tapi ku tahan air mata yang ingin keluar itu. Aku coba kuat, aku coba tersenyum. Masa aku nangis sedangkan Agni yang sakit aja nggak. “aku…”
“Cakka, gak usah nangis deh. Masa cowok nangis sih. Malu dong.” Hiburnya kepadaku. Aku pun mencoba tersenyum.
“Agni…”
“iya.??”
“Cakka sayang Agni..” Ucapku, akhirnya setelah 5 tahun ini aku bisa mengungkapkannya. Tapi aku tak perlu jawaban dari Agni, aku tak perlu dia menjawab perasaanku. Yang aku inginkan dia segera sembuh. Hanya itu saja.
“Agni juga sayang Cakka” Balasnya. Aku kaget.!? Apa ini nyata.!? Apa ini bukan mimpi.!? Perasaanku selama ini terbalas.!! “tapi kita gak akan bisa bersama” lanjutnya yang benar-benar membuat hatiku ingin menangis.
“Agni gak boleh ngomong gitu. Agni pasti sembuh kok.” Ujarku sambil menghapus air matanya yang kini turun membasahi pipinya. Walau aku juga ragu dengan semua perkataanku.
“hehe. Maaf yah Agni jadi nangis.” Serunya sambil terkekeh. Aku pun ikut tersenyum. Kuperhatikan wajahnya, kadang aku tersenyum entah mengapa.
“Cakka.. Cakka dengar gak.??” Tanyanya yang menghentikan lamunanku.
“eh iya Ag.??”
“Gak jadi deh” Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya.
“Agni marah yah.?? maafin Cakka. Orang baik di sayang Cakka loh” Ujarku yang membuatnya tersenyum.
“Cak..”
“hm..”
“kalau Agni nanti udah gak a..”
“Agni akan baik-baik aja kok” Seruku menghentikannya bicara, aku udah tau apa yang akan di katakannya. Aku tak mau dia berkata itu, aku tak mau kehilangan dia.
“tapi Cak..”
“stop Agni.!!stop.!! Cakka gak mau dengar Agni ngomong yang aneh-aneh.!! Agni pasti akan baik-baik saja.!!”
“maafin Agni yah Cakka.;” Agni mengelus pipiku lembut, kupegang kedua tangannya yang berada di pipiku. Bergetar.. Kulihat matanya memerah, mungkin sebentar lagi air matanya akan keluar membanjiri pipi manisnya lagi.
“Asal Agni janji gak bakalan ngomong sembarangan lagi.” Dia hanya mengangguk dan tersenyum.
***
-Agni P.OV
Setiap hari Cakka menjengukku. Tanpa pernah alfa sekalipun. Aku pun hanya tersenyum saat dia memunculkan kepalanya dari balik pintu.
Kok belum datang.?? Entah mengapa hari ini dia telat datang, atau mungkin ada urusan. Aku Cuma bisa menunggu.
Beberapa menitpun berlalu.. #krek pintunya terbuka.
“Cakka.?!” teriakku. Sungguh betapa kecawanya diriku saat melihat orang itu. Bukan Cakka ternyata, melainkan dokter dan suster rumah sakit ini.
“Agni saatnya pengobatan.” Seru dokter itu menghampiriku. Kuperhatikan suster yang berada di sampingku, entah apa yang dia lakukan.
“Tahan yanh Agni..” Ucap suster itu dengan lembut dan menusukkan sesuatu di tanganku. Sakit.!! Jeritku dalam hati. Tapi yang ada dalam pikirannku bukan rasa sakit yang kurasakan saat ini melainkan Cakka. yah Cakka, dia belum datang juga. Kulirik jam yang berada di dinding, udah lewat 1 jam. Kenapa dia belum datang juga.?
Akhirnya dokter dan suster itu selesai dan bergegas keluar dari kamar.
Cakka mana.?? Aku terus memikirkannya dan akhirnya tertidur lelap.
***
“agni…agni..” kudengar seseorang memanggil namaku. Siapa.??Perlahan akupun membuka mata. Kulihat seseorang sedang mengelus keningku dan tersenyum padaku. Aku pun juga membalasnya.
“maaf yah Cakka telat datang..” ucapnya sambil tetap mengelus keningku. Yah dia adalah Cakka, cowok yang sedari tadi aku tunggu.
“gak pa-pa kok. tapi kenapa Cakka telat.??tumben”
“ada urusan penting tadi” jawabnya tersenyum lagi. Akupun ber-oh ria.
“agni baik-baik saja kan.??”
“iya”
“kata dokter apa.??”
“katanya Agni sehat-sehat saja..” jawabku sambil tersenyum, padahal aku bohong. Sebenarnya keadaanku makin memburuk, tapi aku gak mau buat Cakka khawatir.
“syukur deh.. Agni harus cepat sembuh yah” Pintanya sambil menggenggam erat kedua tanganku.
“iya”
“Agni gak boleh telat makan, agni harus sering minum obat, agni gak boleh tidur telat, agni harus dengar kata dokter, agni harus lawan penyakit Agni, Agni bukan gadis yang manja, agni bukan gadis yang cepat menyerah, agni tidak boleh kalah. Agni …”
Cakka kenapa.??kenapa.??kupeluk dia dengan erat agar menghentikan omongannya. Cakka aneh..
“Cakka kenapa.?? agni pasti baik-baik saja kok. Cakka gak usah khawatir deh” ku elus lembut rambut Cakka yang berada dalam pelukanku.
“Agni..”
“iya.??” Kulepaskan pelukannku.
“Cakka sayang banget sama Agni” ucapnya lirih, dan perlahan air mata keluar dari kedua matanya.
“Agni juga sayang banget sama Cakka. Cakka jangan nangis dong..”
“Cakka gak mau kehilangan Agni..” Ucapnya lagi yang kini memelukku sangat erat.
“Agni juga gak mau kehilangan Cakka.” Kubalas pelukkannya “Cakka kenapa.??”
Dia perlahan melepaskan pelukannya dan menatapku penuh arti “tapi Cakka gak pernah bisa ngejagain Agni..”.
“Cakka selalu ngejagain Agni kok. Buktinya Cakka selalu jenguk Agni setiap hari kan.?”
“Tapi Ag..”
“Cakka cowok yang sangat berarti buat Agni. Cakka cowok yang Agni sangat sayang. Agni gak akan penah menyesal menyukai Cakka. Karena Agni cewek paling beruntung mendapatkan Cakka.” Jelasku untuk membuatnya tak bersedih lagi. Dia hanya tersenyum kepadaku lalu mengecup keningku.
Aku benar-benar gak mau kehilangan kamu Cakka mohonku dalam hati.. Kunikmati sentuhan bibirnya di keningku. Perlahan kemudian, ciumanya menurun dan akhirnya berada di bibirku. Lama, baru dia melepaskannya.
“Maafin Cakka yah” ujarnya melepaskan bibirnya dari bibirku.
“untuk apa.??”
“gak pa-pa kok.” jawabnya sambil tersenyum “Cakka sayang banget sama Agni” Cakka mencium keningku lagi.
“iya, Agni juga.”
“Agni..Cakka mau pergi dulu yah, ada urusan penting.” Ucapnya seraya berdiri dari kursi yang ia duduki sejak tadi.
“tapi besok datang lagi..” seruku manja namun ia hanya tersenyum.
“ini buat Agni..” Cakka memberiku sebuah kotak kecil terbungkus rapi dengan pita yang menghiasinya.
“ini apa Cakka.??” kuperhatikan kotak itu.
“lihat aja nanti, udah yah Cakka pergi dulu. Agni baik-baik yah cepat sembuh, jangan nyusul Cakka. Cakka gak mau Agni ikutan. Cakka mau Agni sehat.!!tapi tenang aja, Cakka bakalan nungguin Agni kok. ” Aku heran. Maksudnya.??
“selamat tinggal Agniku sayang. I will always beside you..” sosok Cakka pun perlahan menghilang..
***
“CAKKKAAA.!!!!” Aku terbangun dari tidurku. Kuperhatikan sekelilingku, ternyata Cuma mimpi. Dalam hatipun aku sangat bersyukur.
“tapi tadi seperti nyata.. eh apa ini.??” Kulihat sebuah kotak kecil berhiaskan pita manis berada di samping bantalku.
“Cakkaa…” Aku jadi teringat dengan mimpiku tadi, mirip banget.!! dengan cepat aku membuka kotak itu.
Tik.. Air mataku perlahan mengalir di kedua pipiku dan semakin deras. Di dalam kotak itu berisi sebuah cincin dengan inisial ‘Cagni’ mungkin singkatan dari ‘Cakka dan Agni.’
Kuambil cincin itu dan ku sematkan di jari manisku.
“i..ini..apa.??” terlihat sebuah kertas berwarna pink saat aku mengambil cincin itu. Dengan perasaan tak karuan ku ambil kertas pink itu dan membacanya..
Dear Agni,
Maafkan aku..
Maafkan semua kebodohanku..
Jangan pernah kau manangis lagi..
Jangan pernah biarkan wajahmu yang cantik berlinang dengan air mata..
Walau aku tak ada lagi untukmu..
Walau ragaku tak dapat lagi memelukmu..
Belum sempat aku selesai membacanya, ku dengar seseorang membuka pintu kamarku. #klek
Ternyata si Ray.. perlahan dia mendekatiku. Matanya merah, seperti habis nangis.
“k Agnii” ucapnya lirih.
“kenapa Ray.??”
“kak Cakka… kak Cakka..” Air mata Ray menetes perlahan. #DEG ada apa ini. Gak mungkin.!!gak mungkin.!! Aku membuang pikiran negatif yang terngiang di kepalaku saat ini. Dan mencoba berpositif thinking.
“kak Cakka kenapa Ray.?? Dia baik-baik saja kan.?? Oia tumben dia gak jenguk kak Agni hari ini. Kak Cakka sibuk yah.??” Tanyaku mengambil kesimpulan sendiri.
Ray menggeleng cepat “kak Cakka pergi kak..” Jawabnya sambil menatapku sendu.
“p..pergi kemana.??” Jantungku mulai berdetak kencang. Takut, khawatir, sedih, bingung bercampur aduk semua.
Ray tiba-tiba memelukku erat, sama seperti Cakka yang ada dalam mimpiku tadi. Itu bukan mimpi.!! Itu nyata.!! Cakka tadi memelukku.!! Aku masih bisa mengingatnya saat dia bilang sangat sayang kepada ku. Aku yakin itu.!! “pergi ninggalin kita kak” ujar Ray, mengeratkan pelukannya.
“ni..ninggalin kita.?? Cakka kemana.??” Air mataku kembali turun.
“tenang ka Agni..” Hibur Ray kepadaku yang mungkin menyadari bahwa badanku bergetar karena menangis.
“Cakka kemana Ray.??” Tanyaku lagi melepaskan pelukannya, aku sudah kuat untuk mendengar jawaban Ray, walau itu jawaban yang sangat buruk sekalipun.
“Kak Cakka pergi..pergi..” Ray menghirup napas dulu “kak Cakka meninggal kak” Lanjutnya.
“ohehe..” aku nyengir.
“kak Agni..??” Tanya Ray bingung yang melihatku nyengir.
“iya.??”
“kak Agni baik-baik saja.??” Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Jujur aku ingin menangis sekeras mungkin. Tapi sedikitpun air mata tak bisa keluar dari kedua mataku. Aku terlalu capek untuk menangis.
“Cakka pasti bahagia kan Ray.??” Tanya ku gaje, entah mengapa aku berkata sedemikian rupa. Apa aku gila.??atau stress.?? Pasti Ray berfikir begitu, buktinya dia melihatku dengan tatapan sangat-sangat kasian.
“Cakka senang gak di sana Ray.?? Agni pengen nyusul dia soalnya. heheh” Aku terkekeh.
“k Agni.??”
“iya.??”
“Ka Cakka gak pengen lihat kakak kayak gini..” Ray mengelus-elus pipi ku pelan. “kak Cakka pasti ingin melihat ka Agni bahagia. Kak Cakka pasti ingin melihat kak Agni sembuh. Kak Agni jangan memaksakan diri.” Ujarnya.
“aku gak tau harus gimana lagi Ray.!! Aku gak tahu.!!!!!” Tangisanku mulai pecah. “Cakka ninggalin aku secepat ini. Cakka pergi dan tak kan pernah kembali lagi.! Percuma aku hidup Ray.!!percuma.!!” ku keluarkan semua unek-unek yang sedari tadi hinggap di pikiranku. Ray hanya memelukku, mengusap-usap rambutku lembut.
“Ray apakah salah kalau kak Agni ingin bersama kak Cakka selamanya.??Apakah salah Ray.!??kenapa kak Cakka yang harus pergi duluan.?! Kenapa bukan kak Agni saja Ray.?! Kenapa.?!”
“tenang kak”
“kak Agni udah lama suka sama kak Cakka. Tapi kenapa saat kak Agni mendapatkannya, kenapa dia harus pergi.!!kenapa.??”
“kak Agni juga harus tau, kak Cakka itu udah lama menyukai kak Agni juga. Sejak 5 tahun yang lalu.” Jelas Ray yang membuatku tak tau harus ngomong apa lagi. Cuma ada kata ‘maaf’ yang terus terngiang di kepalaku. Maafff kan aku….
Beberapa hari pun berlalu sejak saat itu. Keadaanku makin kritis.
Dan akhirnya aku mengetahui sebab meninggalnya Cakka. Cakka ingin membelikanku sebuah kado untuk ulang tahunku saat itu. Aku pun tak menyadarinya bahwa hari itu adalah ulang tahumku. Sesaat dia akan memasuki mobilnya tiba-tiba ada sebuah truk yang menabraknya. Dan dia tewas di tempat. Pengemudi yang tertidur saat menyetir itu, tewas di tempat juga.
Hari ini aku hanya tiduran saja di salah satu kamar rumah sakit. Selang infus masih terpasang di tanganku. Hidupku sarasa hampa. Serasa kosong tak bernyawa. Aku hanya terus membaca ulang surat terakhir dari Cakka untukku. Surat terakhir yang menjadi harta berhargaku selain cincin yang berada di salah satu jariku.
Kupandangi terus isi surat itu, kertasnya sudah berwarna kusam. Mungkin karena terkena air mataku yang selalu mengalir saat membacanya. Aku menyentuh keningku dan bibirku, aku masih sangat mengingatnya. Saat Cakka mengecup keningku dan bibirku. Itu bukan mimpi. Itu bukan mimpi.!!
“maafin Agni yah Cak.. Agni gak bisa nepatin janjji Agni ke Cakka. Tapi tenang aja, Agni bakalan nyusul Cakka kok. Cakka udah janji kan bakalan nungguin Agni sampai kapan pun.??” Tanya ku berbicara sendiri ke cincin yang berada di jari manisku.
“I will always beside you..” Ucap Agni pelan.. dan tuuuuuuttt..tuuuuuttt.. detak jantung Agni tak terdeteksi lagi. Akhirnya Agni pergi menyusul Cakka.. Meniggalkan semua kenangan, sebuah cincin dan selembar kertas yang sudah kusut di genggamnya erat..
Dear Agni,
Maafkan aku..
Maafkan semua kebodohanku..
Jangan pernah kau manangis lagi..
Jangan pernah biarkan wajahmu yang cantik berlinang dengan air mata..
Walau aku tak ada lagi untukmu..
Walau ragaku tak dapat lagi memelukmu..
Namun hatiku akan selalu ada untukmu..
Kapan pun dan di mana pun kamu berada..
Percayalah kamu akan sembuh..
Percayalah kamu akan bahagia lagi..
Janjilah kepadaku bahwa kamu akan sehat..
I will always beside you..
-Cakka-
Ps : jangan nyusul aku yah.!  HAPPY BIRTHDAY MY PRINCESS.!!

Tuhan…
Inikah akhir dari semuanya..??
Inikah yang kau rencanakan.??
Tuhan..
Aku kangen dia..
Aku sayang dia..
You will always beside me 

0 komentar:

Posting Komentar